Toilet dan Sepakbola

Cartoons Myspace Comments
MyNiceProfile.com
Satu lembar surat bertandatangankan salah satu pejabat tinggi di perusahaan tempatku bekerja, cukup untuk memberikan kesempatan untuk pergi ke luar kota Bandung. Temanggung. Kota kecil yang berada di Jawa Tengah. Beruntunglah ada teman yang memberikan informasi mengenai bagaimana cara menuju ke kota itu, dia menyarankan untuk ke Yogyakarta dulu lalu naik travel langsung ke Temanggung. Namun, setelah beberapa minggu tinggal di Temanggung, aku mendapat informasi bahwa ternyata ada travel jurusan Bandung-Temanggung PP dengan tarifnya dipatok di harga Rp. 150.000,-.

Biasanya kalau dari Bandung menuju Temanggung, Travel ini akan tiba di depan rumahku sekitar jam setengah delapan dan kalau misalnya lebih dari setengah delapan, maka kemungkinan untuk tiba di Temanggung sebelum jam kerja di mulai agak tinggi, kata lainnya telat masuk kerja. Karena aku selalu berangkat di hari minggu untuk tiba di Temanggung Senin pagi. Tempat untuk beristirahat adalah di daerah Tasikmalaya, sebuah warung makan besar yang menyajikan bakso sebagai makanan andalannya. Fasilitas toilet umum dan mesjid disediakan di tempat ini.

Biaya yang dikenakan untuk menggunakan toilet adalah sebesar Rp. 1.000,- toiletnya terawat dan relatif nyaman, cuma ada satu hal yang mengganggu yaitu corat-coret di dinding toilet. Kalimat-kalimat seperti -maaf- " The Jack sampah ibukota"," The Jack anjing" yang ditimpali oleh tulisan lainnya seperti " Viking taik!!" dan kata-kata sumpah serapah, caci maki atau sekedar menulis nama-nama, sekolah, geng motor dan lain-lain bertebaran dengan tidak elok di dinding-dinding toilet tak berdosa itu. Tanpa sadar siapapun pengguna toilet itu akan membaca semua tulisan-tulisan tersebut, apalagi yang memang agak membutuhkan lama untuk nongkrong di toilet itu.

"Coretan di dinding membuat resah, resah hati pencoret mungkin ingin tampil.." kata Iwan Fals dalam salahsatu lagunya. Resah, karena kebencian lebih mendominasi dalam coretan-coretan itu entah itu sekedar iseng atau apapun, tapi produk akhir dari coretan itu berupa penyebaran kebencian. Benci karena ihwal sepakbola, benci karena perbedaan geng motor atau apapun, garis besarnya adalah kebencian karena perbedaan.

Perbedaan tim sepakbola kesayangan menjadi konflik, dan dengan tangan-tangan jahil marketing, kebencian ini dikelola sedemikian rupa menjadi bisnis yang menggiurkan. Jika anda jalan-jalan ke Bandung, jangan heran kalau banyak anak muda mengenakan kaos yang bertuliskan caci maki untuk supporter tim lain begitu pun kalau jalan-jalan di Jakarta. Nah, kalau sudah ada mutasi dari sekedar perbedaan ke bisnis, maka wajar saja apabila segala kebencian itu dipelihara dan dilestarikan karena bisnis mana yang tidak memperhitungkan laba? kalau antar suporter tidak saling benci, siapa yang beli kaos bertuliskan caci maki itu? kalau tidak membenci, apakah fanatisme suporter akan tetap bisa dipertahankan?

Akan banyak versi mengenai asal muasal kenapa kebencian tercipta antar suporter sepakbola, namun saya rasa sudah saatnya menikmati sepakbola sebagai seni, memang betul di negeri-negeri Eropa pun,kebencian antar suporter itu ada namun kita tidak perlu mencontoh hal-hal yang negatif dari sana kan? bukan hal yang tidak mungkin jika bangsa ini maju menjadi perintis penghapus kebencian antar suporter sepakbola. Dan untuk para seniman-seniman toilet, rasa-rasanya dinding toilet bukan tempat untuk menulis, setuju?

Hidup Persib!!

Komentar

  1. mudah2an Persib juara dan Timnas masuk Piala Dunia 2018..Ayo Indonesia ^_^ dan tak ada lagi seniman toilet..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sapamadegan

Bandung,23 Januari 2011

MISTIK II