Mistik I

Dunia perdukunan, mistik, klenik, musyrik memang menyebalkan...tapi saya punya cerita lucu mengenai hal yang untuk sebagian orang sebuah dosa yang tidak bisa dimaafkan..sebelumnya, aku memohon ampunan atas segala tingkah laku saya Ya Robb..


Olahraga basket adalah salah satu cabang olahraga yang aku suka, selain sepakbola tentunya. Apalagi ketika masih duduk di bangku SMA, NBA dengan Michael Jordannya telah menjadi inspirasi bagi aku dan teman-teman ketika bermain di lapang basket sekolahan. Poster MJ ditempel di kamar, disebelah poster vokalis Guns N Roses (William Axl Rose). Bola basket telah mengambil alih fungsi dari bantal guling, selalu dalam dekapan menjelang tidur. Waktu istirahat adalah waktu yang dinanti, waktunya beraksi di lapang basket, meniru-niru gaya bintang-bintang NBA..dan gaya yang belum pernah kami lakukan adalah slam dunk, maklumlah tinggi kami nyaris tidak ada yang lebih dari 175 cm.

Suatu hari ada undangan tidak resmi dari anak-anak MAN (Madrasah Aliyah Negeri) Cililin yang mengundang kami (anak-anak kelas satu enam SMUN Cililin) untuk bertanding melawan mereka. Tentu saja, undangan itu kami sambut dengan antusias. Selain main basket, kita juga bisa ngeceng siswi-siswi berjilbab yang "mararencrang" (Charming). Kami datang ke MAN hanya berenam, jumlah yang pas-pasan tapi semangatnya membuncah.

Pertandingan berjalan seru, Kamil temanku yang badannya paling tinggi menjadi bintang, berduet dengan temanku yang lain,Cepi. Permainan tuan rumah mulai menjurus kasar, kata-kata umpatan mulai menghiasi cara mereka berkomunikasi dalam permainan. Kami sebagai tim tamu memanfaatkan kekacauan tuan rumah dengan semakin mengeluarkan aksi yang dinilai "Loba Gaya". Aksi Loba Gaya ini ternyata memicu kemarahan tim tuan rumah, tiba-tiba salahsatu pemain menendang bola sampai keluar lapangan, aku menghampirinya dengan sedikit bertingkah sok bijaksana.."kalem a, maenna..",ucapku. Tak disangka tak dinyana dia membalikkan tubuh dan membentakku :"eh anjing! kawas ka budak leutik wae ka aing teh" (kurang lebih artinya: dia merasa aku memperlakukan dia seperti anak kecil), belum sirna kekagetanku tiba-tiba salah satu pemain MAN (yang kemudian aku tahu namanya Leo) mencekik leherku dan melayangkan tangan kanannya ke arah wajahku, aku memejamkan mata berharap kalaupun pukulannya mengena, janganlah terasa sakit. Pukulan itu tak kunjung datang, karena tendangan maut Kamil berhasil menyelamatkanku..suasana menjadi kacau balau, siswi-siswi mararencrang menjerit-jerit. Kami berenam spontan berlari menuju gerbang sekolah MAN, berlari sekencang mungkin berusaha mengindar dari puluhan anak-anak MAN yang mengejar kami. Setelah beberapa jauh, kami memilih untuk berhenti berlari, sebuah batu sebesar kepala bayi menjadi obat penawar ketakutan kami. Kico, temanku yang paling berani memegang erat batu itu dan membalikkan tubuhnya ke arah para pengejar sambil berteriak :" nu maju, dipodaran ku aing!" (Siapapun yang maju, akan kubunuh). Suara yang keras dan tatapan matanya yang tajam berhasil membuat ciut anak-anak MAN, padahal aku pikir mereka takut karena batu yang dipegang Kico, anak-anak MAN itu pun kembali ke sekolahnya dan kami pun berjalan beriringan seolah telah memenangkan perang besar, kamilah pasukan berani mati.

Keesokan harinya saat kami sedang asyik menceritakan perkelahian kemarin, ada anak MAN yang disuruh oleh Leo, menantang aku duel satu lawan satu. Keringat dingin merebak di seluruh tubuhku, nyaliku menciut nyaris menjadi sekecil jarum. Aku membayangkan tubuh Leo yang gempal dan berotot, mana mungkin aku mampu berduel dengan dia. Namun dalam semua rasa takut itu, rasa gengsi untuk menunjukkan ketakutan di depan teman-temanku membuatku menjawab tantangan Leo,"hari senin, pulang sekolah.." Ucapku pada utusan Leo.

Pulang ke rumah, rasa takut menjadi-jadi. Aku harus mencari cara untuk memenangkan duel ini, aku tidak mau terkapar di depan teman-temanku. perkelahian ini mempertaruhkan nama baik sekolah..itulah pikiranku saat itu. Ide cemerlang pun datang, aku pergi bersama temanku mendatangi rumah "orang pintar", seorang guru ngaji terkenal di kampung sebelah.

Ajengan (kyai) ini masih relatif muda, aku menaksir umurnya juga paling baru empat puluh tahun. Sorban melilit di lehernya, sementara tasbih lekat dia pegang di tangan kanannya, duduk bersila menyambut kehadiran kami. singkat cerita, aku menceritakan kejadian yang menimpaku. Kemudian sang Ajengan mengangguk-anggukan kepala sembari mengelus janggutnya yang jarang-jarang, dia mengerti apa yang kuinginkan, dan dia menyarankan agar aku memakai ilmu kebal! wow!, "kedah kumaha wae kang?" (Apa saja syaratnya, Kang?) ucapku. Dia pun meminta aku untuk menyediakan syarat-syarat untuk mendapatkan ilmu kekebalan, syaratnya adalah : satu botol Sprite (minuman bersoda), satu sisir pisang, dan satu genggam padi.

aku disuruh untuk membuka baju telanjang dada, Ajengan muda ini duduk bersila di belakangku, kedua telapak tangannya diletakkan di punggungku. Sayup-sayup aku mendengar dia membisikan entah mantra atau apa, yang pasti ada nama ulama-ulama besar yang disebut, diantaranya adalah Syekh Qodir Abdul Jaelani dan Sunan Gunung Jati. Ada semacam hawa hangat yang merasuk ke dalam tubuhku, memberikan kenyamanan yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Setelah kira-kira lima belas menit dia merapalkan mantra-mantra, dia menyuruhku untuk menahan nafas dan mengucapkan Syahadat tiga kali berturut-turut. "jadian deui, tajwidna teu bener!" (Ulangi, Tajwidnya ngga Bener) bentak sang Ajengan. Aku menarik nafas dalam-dalam dan menahannya terus mengucapkan syahadat tiga kali berturut-turut. Berhasil!

bersambung..eing ing eng...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sapamadegan

Bandung,23 Januari 2011

Usum Hujan, Israel jeung Tambang