MISTIK II
ah, alangkah susahnya mengucapkan syahadat tiga kali berturut-turut tanpa sempat bernafas dengan tajwid yang benar. .
Kemudian kami duduk berhadap-hadapan, masih duduk bersila tentunya. Pikiranku melayang-layang ke cerita Wiro Sableng, mungkin beginilah cara tokoh imajiner sebastian Tito itu mendapatkan pukulan "kunyuk melempar buah" dari gurunya nenek Sinto Gendeng di Gunung Gede,
untunglah aku tidak harus merajah angka 212 di dada. Kang Ajengan tersenyum, melihat mukaku yang memerah karena menahan nafas. Mataku tertuju pada sebilah golok sepanjang kurang lebih tigapuluh centimeter yang tergeletak di samping kiri Ajengan, sarungnya dibungkus kulit kambing dengan tulisan arab tertera diatasnya, pegangan goloknya berwarna hitam mengkilap mungkin dari tanduk domba.
"bade dicobian?" (mau dicoba?), ucap kang Ajengan, sembari mengeluarkan golok dari sarungnya. Dari penampilan golok itu, aku menduga-duga bahwa golok itu sangat tajam. Untuk beberapa saat aku terdiam, luka dijempolku mengingatkan betapa perih rasanya bila teriris golok, betapa hangat dan derasnya darah yang keluar dari luka kecil itu. Semerbak keraguan, mengambang diseluruh ruangan pikiranku, tanda tanya besar seakan menggantung tepat di jidatku yang lebar ini. Bagaimana kalau Ajengan salah merapal mantra?bagaimana kalau mantra itu tidak menjadikan aku kebal? bagaimana kalau tajwidku dalam mengucapkan syahadat itu salah?apa tanggapan bapakku kalau aku pulang ke rumah dengan tangan berlumuran darah? sungguh memalukan jika aku menggagalkan duel vs Leo karena tanganku cedera atau bahkan buntung!
Tapi rasa takut menghadapi duel menyebabkan aku nekat berbuat apapun asal tidak kalah, apalagi tersiar kabar bahwa Leo itu orang Banten dan dia memiliki ilmu "pamacan". Ilmu yang konon bisa mamanggil roh harimau merasuk ke dalam tubuh si pemilik ilmu, kekuatan harimau akan menggantikan kekuatan manusia, kuku tangannya akan memanjang, auman harimau akan menggetarkan siapapun yang berhadapan dengan pemilik ilmu pamacan. "mangga kang.."(Silahkan Kang), suaraku gemetar mencoba meredam semua konflik yang ada dipikiranku. "tingalikeun heula, nya? (Perhatikan dulu), sembari tersenyum ajengan itu berdiri dan pergi ke dapur rumahnya. Saat kembali dia membawa sebutir kelapa tua, kemudian dengan tenang dia menebas kelapa itu tepat ditengah, Ajengan ini tidak perlu berkali-kali mengayunkan goloknya,dalam satu ayunan, kelapa itu terbelah. Air kelapa itu muncrat, sebagian kena mukaku, sebagian lagi membasahi tikar yang kami duduki. ah, kelapa itu...apa yang terjadi jika golok itu menebas kepalaku? terbelahkah?
"wani teu?" (berani nggak?), tanya sang ajengan. Aku menganggukkan kepala, pasrah. Aku disuruh untuk mengulurkan tangan kanan, jantungku berdetak lebih cepat dari ketukan drum para pengusung musik speedmetal double pedal!. saat kang Ajengan mengayunkan goloknya ke atas, aku memejamkan mata,sayup-sayup terdengar Ajengan itu mengucapkan Basmalah..
................................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................................
ada benda keras terasa menyentuh kulit tangan kananku, didiringi suara,BUK!..jantungku terasa melompat dari tempat dimana seharusnya berada..beberapa saat aku menunggu panasnya darah yang muncrat dari tanganku, menanti rasa sakit yang tidak terperi, dan dalam penantian itu, terdengar terikan lantan kang Ajengan, " AllahuAkbar!"
Tak ada warna merah mengerikan tumpah di atas tikar, tak ada rasa sakit, saat aku membukakan mata. Takut-takut aku melirik ke arah tangan kananku, tangan itu utuh,bebas cacat tanpa cela. Aku KEBAL! aku nyaris tidak mempercayainya, bahkan sampai saat inipun aku masih tidak percaya akan kejadian hari itu. Akulah Irsan Junud, tak takut senjata tajam, tak takut siapa pun..perasaan takabur mengangkat dan mendudukkan aku di awan kesombongan, menggelembungkan nyali sampai batas yang tak terhingga..
Malam tak mengijinkan cerita ini diselesaikan sekarang juga..dengan berat hati, cerita ini bersambung lagi..
ing eng ing...
edun euy si eta jadi pendekar ...cadaaaaas
BalasHapus